Setelah makan yang satu ini saya merasa bersalah
Iya sih, saya memang pemakan segala. Eh, enggak ding. Udang, lobster, sama yang harem-harem tentu ndak saya makan. Soal makan saya sering bikin janji pada diri sendiri. Tapi selalu mbleset.Gara-gara asam urat, saya pernah janji membatasi makan bebek semingu sekali. Tapi aduh suseh rasanya meninggalkan kebiasaan ini. Apalagi kalau lewat bebek Pasar Turi, atau Bebek Yudi. Duh, serasa warungnya memangil-manggil saya untuk mampir. Akhirnya habislah dua porsi!
Soal Bakso lagi, gara-gara di depan kantor ada Pak Djo, yang jualan bakso. Hampir tiap sore makan. Rada panas hati juga kalau lihat si Anton makan telap-telep. Saya ikutan pesen. Bedanya, bakso pesenan saya yang jumbo. Hehehehe…sesuai ukuran toh!

Nah, seperti biasa, ada undangan makan. Kali ini menunya Goose Liver, alias Hati Angsa. Wuiih, si Anton suenengg bangets sampai gulung-gulung, saya juga seneng, sampai lonjak-lonjak yang mengakibatkan guncangan hingga 5,7 skala richter. *Biyuh-biyuh. Seneng donk, soalnya kita berdua belon pernah tuh Makan Hati (Angsa).
Sampailah kami di restoran Chinese ini. Penasaran kenapa kok Angsa, cuman diambil hatinya aja. Emang dagingnya nggak enak apa? Khan masih sodaraan tuh sama si bebek. Masa beda dagingnya?
Ternyata beneran, Angsa ini yang diolah cuman hatinya saja. Bagian lainnya apalagi dagingnya kata Chef-nya nggak enak. Karena saya rewel sekali nanya ini-itu, akhirnya si chefnya nunjukin hati angsa mentah ke saya.
Wah, hati Angsa ini nggak sama dengan hati ayam or bebek. Hatinya gede sekali, 10 kali lipat dari hati ayam. Warnanya putih bersih. Jadi bayangin aja itu piring saji yang lonjong, ukurannya sama dengan hati angsa. Wiih…nggak heran kalau makanan ini istimewa.
Hati Angsa ini diolah lalu dipadukan dengan potongan terong crispy.
Saya sama Anton, dengan senang hati menikmati makanan mewah ini.
“Ooh…hati Angsa rasane tibae ngene, yo Mbak.” *gummun
“Woi…Ton, yang mbok makan itu terong ! Bukan hati angsa!” * Duh, arek iki ancene parah. Masak ndak bisa bedain terong sama hati angsa. Isin dewe
Bumbunya sih enak, Lada hitam. Tapi kalau pas dikunyah, tuh hati angsa lembut sekali. Ndak ada seratnya. Saya rada merem-merem gitu makannya. Habis kayak makan lelembut, maksudnya mirip puding tapi yang encer gethu loh.
Sekedar tahu, saya ikutan makan dua, tiga, empat potong. Lalu saya sundul dengan terong crispy.
Nah, pas balik kantor dan ngetik laporan, iseng saya browsing tentang hati angsa. Saya kaget, gethun, marah. Perasaan saya nggak karu-karuan.
Ternyata untuk mendapatkan hati angsa, caranya TIDAK manusiawi sekali. Jan… nggak tega saya cerita. Klik saja Penggemukan Hati Angsa Secara Paksa.
Sungguh saya nyesel makan hati ...