Dia lihay sekali pakai sumpit, pokoknya nggak ada berhentinya, kayak adegan makan yang dicepetin, wat.. wet.. wot.
Karena posisi piring gurami agak jauh, jadi sungkan mau minta. Sampai akhirnya daging ikan bagian atasnya habis, tapi sama dia masih dikrikiti terus. Rada geretan lihatnya.
Dengan niat membantu, spontan saya dekatin piring ikan lalu membalik ikan. Tapi apa yang terjadi ternyata dampaknya luar biasa. Si wartawan yang mirip Sammo Ho ini, langsung meletakkan mangkok nasinya. Mengusap mulutnya. Dan menghentikan aksi makannya.
Saya jadi nggak enak hati.“Apa ya, salah saya?” Melihat dia yang berhenti makan, giliran saya sama Anton yang menyantap gurami. Ngeliat kami yang ganti telap-telep. Si wartawan ini lebih memilih minum.
Keanehan prilaku wartawan Mandarin itu terjawab, pas saya diundang pembukaan resto Chinese Food. Si Nyonya rumah ini menyediakan ikan, lalu membagi ke masing-masing piring. Nah ketika membagi ikan, ia juga tidak membaliknya, tapi mengangkat duri tengah dengan sendok, lalu mengambil daging bagian bawah. Saya pun penasaran.
“Kenapa kok nggak dibalik aja, khan gampang tuh ambil daging ikannya!”
“Wah itu pertanda nggak bagus.Ibaratnya ikan itu seperti kapal. Membalik ikan artinya menjungkirbalikan perahu. Bisa Karam!”
Oooh, saya jadi ingat si wartawan Mandarin yang nggak nerusin makan itu. Takut apes rupanya. Gara-gara penjelasan itu, saya agak kepengaruh juga pas diundang makan ikan.
“Mbak Mendol, sampeyan ae yang mbalik iwak’e!” bujuk Anton.
“Ndak mau, ton, Mengko aku apes!”
“Oalaa Mbak, sing bener aku sing mesti apes! Wis manganmu wokeh, jatahku yo mesti mbok ambil!”
Well, ternyata sumber apesnya Anton bukan gara-gara membalik ikan,tapi punya patner lemu…Hihihihi!!