
Satu porsi soto Madura normal, terdiri dari irisan daging, hati, babat, usus dan irisan separuh telur ayam rebus diberi taburan bawang goreng dan seledri.
Kalau spesial, ada tambahan otak sapi, dan satu butir telur ayam. Aromanya terasa gurih sekali, harum rempah-rempah dijamin membangkitkan selera.
“Bo… aboooo..Saesto…Nyamanna” kalau orang Madura bilang. Setelah puter –puter ke penjual soto Madura di Surabaya. Saya menemukan fakta yang menarik ;
1. Di pulau Madura tidak akan ditemui soto Madura seperti di Surabaya. Mengapa ?, “Wah, kalau jualan soto seperti ini di Madura ya nggak ada yang beli. Kemahalan !” kata Samsuri pemilik soto Bengawan.
2. Soto Madura menggunakan nama jalan sebagai penandanya. Di jalan Sulung, ada satu warung soto Madura yang sudah terkenal sejak lama. Konon sudah berjualan sejak jaman sebelum kemerdekaan. Demikian halnya, dengan soto Tapak Siring, lokasinya di jalan Tapak Siring. Di sini ada dua warung soto yang menggunakan nama Tapak Siring. Soto Madura lainnya, yaitu soto Bengawan. Persis di pojokan jalan Bengawan, soto ini akhirnya membuka tiga cabang di beberapa lokasi, tapi tetap menggunakan nama Bengawan.
3. Soto Madura Gubeng Pojok bukan di jalan Gubeng.
Dari nama, seolah-olah letaknya di pojok jalan Gubeng. Namun jika ditelusuri dijamin Anda tidak akan menemukan penjual soto, di pojok jalan Gubeng. Soto milik Haji Ali, sudah lama pindah ke jalan Kusuma Bangsa.
4. Kenali soto Tapak Siring yang Asli. Ciri khasnya dari kemasan nasi yang dibuntel menggunakan daun pisang.
5. Pedagang soto Madura berasal dari satu desa yang sama. Hampir semuanya berasal dari Bangkalan, dan dari satu desa yang sama yaitu Desa Genteng.
Seru menemukan hal menarik itu, apalagi wawancarai ditemani soto Madura yang enak banget. Sayangnya, si penjual mengaku pembelinya kian merosot. “Langganan yang lemu kayak sampeyan ini, takut kena kolesterol !” katanya sambil njawil pinggang saya. Sebel banget dengernya. Kok tega, ngomongin kolesterol pas saya lagi makan soto. Jadi ilang nafsu mau tambah. Weks..!!!