Tempe penyet adalah jawabannya.
Di Surabaya yang jualan tempe penyet ini seabrek, paling terkenal di daerah UNAIR dan RS Dr. Soetomo.Yang paling laris adalah Tempe Penyet HO-HA.
Saya penasaran berat, kenapa sih warung di pinggir jalan ini ramai sekali, sampai ndlosor-ndlosor gitu yang beli. Rahasianya ternyata adalah sambal-nya yang sangat pedas. “Bibir ini rasanya sampai ndower saking pedesnya,” kompor seorang teman menjawab penasaran saya.
Saya memang nggak suka pedes. Tapi, saya bener-bener tertantang untuk mencoba sambelnya. Saya pesen, penyetan tempe, terong dan ikan P ( aduh, apa ya bahasa Indonesianya). Digoreng garing, terus dipenyet di atas sambalnya..nyoottttt. Nasinya masih hangat. Lalapan seger, ditambah semangkuk kobokan buat cuci muka..eh tangan. Saya coba sedulit.. sambelnya, wah Mantap Tenan !!!.
Akhirnya, secuil tempe goreng yang sudah tercampur dengan sambal saya santap..hmm..enak.Paduan tempe dan sambal, terbalut dalam sekepal nasi hangat. Tapi, tiba-tiba tenggorok saya seperti kebakar …
Ternyata bener pedesnya kayak Setannnnnnnn….Oiiii!!. “Ho..ha..ho…ha..ho ..ha,” mulut saya membentuk huruf O, A seraya menyebul-nyebul kayak ikan koi.
Saya segera ambil kobokan, hampir saja saya kalap mau minum. Untunglah, urat syaraf masih normal tidak mengambil tindakan menjijay-kan itu. Segera es teh ukuran jumbo yang menyelamatkan.
Hohaaaa…saya gabres-gabres blingsatan gara-gara kepedesan.
Muka saya matang kayak kesemek. (Ada ijo, kuning blentang-blentong campur aduk sama bedak yang luntur). Hu..hu..untuk sementara saya tergugu… untuk mengambil dua keputusan sulit.
“Apakah saya akan terus makan, dengan risiko kepedasan ? ataukah saya menyudahi episode fear factor kali ini ?” Sambil menenangkan diri, saya pesen satu gelas teh ukuran jumbo.
Dan ternyata saudara-saudara…rasa pedesnya ini yang bikin ketagihan. Soalnya, begitu saya berhenti sejenak. Lah kok mulut saya berdecap-decap pengen dipedesin lagi !
Ibarat adegan yang bolak-balik di remote, Saya pun makan lagi, kepedesan, gabres-gabres ditawar dengan es teh. Lalu lanjut lagi, ganti ambil secuil terong goreng, didulit sambal..gabres-gabres ditawar dengan es teh. Gitu terus… sampai akhirnya hanya menyisakan lalapan kemangi.
Karena cukup TOP, nama warung ini menulari penjual tempe penyet lainnya, dengan menamai, Warung Tempe Penyet HA-HA, HA-HO, HOAH, dan AHHA. Yah, mungkin nama itu mencerminkan efek samping setelah menyantapnya.
Oh ya, saya punya usulan nama, jika Anda kelak ingin berbisnis di ladang ini. Saya punya usulan nama menarik yaitu warung tempe penyet Oooh Yes…..Oooh No.
Hehehe..Seru toh ?
Foto : Dok. Warung Cangkruk