Ini bukan varian baru dari unggas. Bukan juga, ayam yang overweight karena kebanyakan makan junk food.
Foto : Anton
Sebutan ini muncul, gara-gara teman saya si Bembenk yang menjuluki Kalkun Panggang yang segede gajah. “Ndol, kamu saingan neh sama kalkun, sama-sama Obesitas !” kata Bembenk tanpa rasa bersalah. Ck..ck… benar-benar to the point kalau ngatain diriku. *Nelangsa.
Kalkun panggang memang menu istimewa merayakan
Untuk mengolahnya kata Rudi Witjaksono, Executive Chef dari Hotel
“Kalau nggak punya kalkun, bikin sama daging ayam saja,” sarannya. Berat rata-rata satu ekor kalkun 6 kilogram. 1 kilogramnya harganya Rp 60 ribu. Weleh jadi satu ekor mentahnya saja sudah Rp 360 ribu.
Wujud kalkun memang tidak pernah menyertakan kepala dan ceker. Saya jadi penasaran. Hmm..dikemanain, chef ?
Ternyata leher kalkun yang jenjang itu dibuat kaldu untuk sup. Pas giliran menyantap, daging kalkun ini diiris tipis lalu disiram saos cranberry. Disajikan dengan kentang tumbuk. Ya ampun… dagingnya empuk banget.
Seratnya lembut. Kalah dah daging ayam. Cocok sama saos Cranberrynya yang manis ada asemnnya dikit. Sukaaaa bangets. Menu ini tentu barang “Wah” . Soalnya saya belum pernah makan ayam obesitas. Pas menikmati ayam yang gemuk nan montok, kok jadi ingat Mr Bean yach. …Iya ingat adegan kepala Mr Bean dimakan sama kalkun..heheheh. Iseng-iseng saya ngintip bagian belakang kalkun.
“Ngapain, kamu ngintip bokongnya kalkun, Ndol ?”
“Hehehe….Penasaran, siapa tahu ketemu jam tangannya Mr bean !”
Kafe Terakota
Somerset Surabaya. Jl Raya Kupang Indah.